JANAGANLAN BAKAR BUKU BAKAR BUKU
Dikarenakan tiap-tiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya
Dikarenakan tiap-tiap aksara mengakses jendela dunia
Kalimat di atas yakni potongan lirik lagu dari Dampak Hunian Kaca yg berjudul ‘Jangan Bakar Buku’. Ya, kalimat tersebut teramat patut jadi cerminan Pelaksana pekerjaan Ketua Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Dedi Junaedi yg memberi dukungan pemberangusan kepada buku-buku berisi pemikiran kiri.
Sikap Dedi yg pro pada pembakaran buku kiri dengan cara tak cepat terhubung keran munculnya tersangka librisida (sebutan buat penghancuran buku). Pastinya, ini dapat jadi kiamat bagi penduduk Indonesia dalam mentranfusi pemikiran melalui buku-buku tertentu.
Mesti dipercaya, ketika ini Indonesia tengah krisis kesukaan baca. Ini jadi aspek yg krusial dalam perkembangan giat baca warga kita. Sebaliknya, penyelematan generasi baca justru tidak searah bersama sikap Perpusnas yg mau mengembalikan zaman-zaman di mana para pejabat negeri didunia menghalalkan pembakaran buku.
Tetapi terlepas dari kandungan buku yg menimbulkan gagasan pembinasaan, telah sepatutnya kita kecam. Ini bikin soal apakah Penulis pro pada falsafah tertentu, tak. Penulis tegaskan bahwa Demokrasi mesti dipraktekkan ke semua celah terhadap lapisan penduduk.
Terhadap situasi lain, penyelamatan buku mesti dilakukan. Pembiaran kaum intoleransi yg menghalangi kebebasan dalam berpikir ataupun bertindak mesti sanggup dicegah. Buku sudah jadi tips penduduk Indonesia dalam menata pondasi musim depan, dengan cara tak serta-merta sudah berpengaruh kepada pembangunan bangsa. Oleh karenanya, menghormati & menghargai kebradaan buku mesti kita laksanakan.
Hri Buku Nasional th ini pula sedikit berkabung atas sikap Perpusnas yg selayaknya berkampanye terhadap warga biar tak boleh jauh dari buku. Amat Sangat mengerikan benar-benar jikalau Indonesia lakukan pembakaran buku. Dunia saja mempunyai anggapan buku yakni jendelanya, mengapa otoritas Perpusnas bersikap sebaliknya. Apa kata Dunia ?
Selamat Hri Buku Nasional
Posting Komentar